Kacamata Patah


Kacamata patah

Kacamata patah (ameleaddicted.blogspot.com)

Mengapa saya, dan mungkin juga Anda, seringkali rela mengorbankan sesuatu yang berharga dan tak ternilai dengan sesuatu yang nilainya masih bisa dikira dengan rupiah?

Beberapa waktu yang lalu saya membeli kacamata baru, entah kenapa saya sangat suka sekali dengan kacamata tersebut. Bisa dibilang ini adalah kacamata idaman saya. Kacamata tersebut ibarat Jenifer bagi Irfan dalam dunia per-bachdim-an,hahaha… Suatu malam bertepatan dengan tanggal 18 Juni 2011, tanpa ada pertanda sebelumnya kacamata saya harus pergi untuk selama-lamanya karena patah terbelah menjadi dua bagian. Penyebabnya, kacamata tersebut terinjak oleh seseorang dengan bobot lebih dari 60 Kg! Dan pelakunya adalah… si teteh (kakak perempuan saya sendiri). Sehari setelah peristiwa kelabu tersebut saya merasa sangat marah terhadap teteh. Saya kesal kenapa dia tega memisahkan kebersamaan saya dengan si kacamata yang baru terjalin seumur jagung! Bila si teteh ingin menghancurkan barang saya kenapa harus kacamata itu, kenapa bukan yang lain saja! Kenapa semua ini harus terjadi… Sehari setelah peristiwa tersebut saya hanya bicara secukupnya dan enggan menunjukkan raut muka menyenangkan. Saya ingin menunjukkan, terutama pada teteh, bahwa saya marah. Saya kecewa dan saya marah…..!!!

ex Kacamata Baru

ex Kacamata Baru

Bangun dari tidur saya baru sadar bahwa memendam amarah dalam hati itu sangatlah melelahkan. Dan satu hal lagi yang pasti, tidak memecahkan permasalahan sama sekali. Kacamata saya tetap jadi dua bagian dan tidak bisa lagi dipakai. Malah kini saya merasa malu sendiri terhadap si teteh. Saya pun lalu berpikir: mengapa saya seringkali rela mengorbankan sesuatu yang berharga dan tak ternilai dengan sesuatu yang nilainya masih bisa dikira dengan rupiah.

Seringkali hubungan persaudaraan, persahabatan, hingga percintaan – seusatu yang berharga dan tidak bisa dinilai dengan uang – kita korbankan hanya untuk hal-hal yang tidak seberapa. Mata dan hati kita seringkali dibutakan oleh hal-hal yang tidak seberapa tadi. Karena kita terkadang terlalu memuja keberadaan harta, sesuatu yang tidak sebanding dengan pengorbanan terhadap sesuatu yang tak ternilai. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik (dan saya bisa punya kacamata baru lagi :p).

, , ,

  1. #1 by jasmineamira on Juni 28, 2011 - 7:07 pm

    sumpah, lebay abis, gus -.-‘

    • #2 by Agus Surachman on Juni 29, 2011 - 5:51 am

      bahahahaha…. makasih banyak put atas pujiannya, jadi malu…hahahah *gaya sinchan #eh

  2. #3 by asudomo on Juni 28, 2011 - 10:36 pm

    mbil hikmahnya aja
    semangat!

    • #4 by Agus Surachman on Juni 29, 2011 - 5:51 am

      hehe, sip,sip…
      makasih banyak udah baca… 🙂

  3. #5 by rheza ardiansyah on Juli 1, 2011 - 3:12 pm

    haha.gw ngakak bayangin cerita2 kejayaan masa lalu lu menjajah gus (baca: kemanjaan).haha

    • #6 by Agus Surachman on Juli 1, 2011 - 5:10 pm

      hahaha… viva la vida! long live the king! #eh *kaga nyambung

Tinggalkan komentar